Membeli mobil bukan cuma soal gaya atau impian masa kecil. Ini keputusan finansial besar, bahkan bisa selevel dengan beli rumah. Sayangnya, banyak orang tergoda gengsi atau emosional saat memilih mobil, dan akhirnya menyesal di kemudian hari karena keuangan mereka jadi berantakan.
Kalau Anda ingin beli mobil, pastikan tiga hal ini jadi dasar pertimbangan. Simpel, tapi penting. Mari kita bahas satu per satu.
1. Musuh Utama Kepemilikan Mobil: Depresiasi
Yang paling sering diabaikan pembeli pemula adalah depresiasi, atau turunnya nilai mobil dari waktu ke waktu. Begitu mobil keluar dari dealer, harganya langsung anjlok. Dan ini bukan penurunan kecil.
Biaya Kepemilikan yang Sebenarnya
Jangan cuma fokus ke harga beli. Hitung juga biaya total kepemilikan tahunan, mulai dari:
-
Depresiasi
-
Pajak tahunan (PKB)
-
Asuransi
-
Bahan bakar
-
Servis rutin
-
Biaya tak terduga (ban, aki, dll)
Berikut simulasi dua mobil populer, biar Anda punya gambaran konkret.
A. Honda Accord (Estimasi Biaya Tahunan: ± Rp 88 Juta)
Asumsi harga pasar bekas: Rp 550.000.000
Komponen | Estimasi | Total |
---|---|---|
Depresiasi (8%) | Rp 44.000.000 | |
Pajak Kendaraan (PKB) | Rp 9.000.000 | |
Asuransi All Risk (1.6%) | Rp 8.800.000 | |
BBM (15.000 km, 10 km/l, Rp 13.000/l) | Rp 19.500.000 | |
Servis Rutin | Rp 5.000.000 | |
Biaya Tak Terduga | Rp 2.000.000 | |
Total | Rp 88.300.000 |
B. BMW 520i (Estimasi Biaya Tahunan: ± Rp 128 Juta)
Asumsi harga pasar bekas: Rp 600.000.000
Komponen | Estimasi | Total |
---|---|---|
Depresiasi (11%) | Rp 66.000.000 | |
Pajak Kendaraan (PKB) | Rp 14.000.000 | |
Asuransi All Risk (2%) | Rp 12.000.000 | |
BBM (15.000 km, 9 km/l, Rp 13.000/l) | Rp 21.700.000 | |
Servis Rutin | Rp 10.000.000 | |
Biaya Tak Terduga | Rp 5.000.000 | |
Total | Rp 128.700.000 |
2. Atur Anggaran: Jangan Lebih dari 1 Tahun Gaji
Punya mobil keren tapi makan mie instan tiap bulan? Jangan sampai begitu.
Berikut dua patokan sederhana yang bisa jadi panduan:
-
Harga mobil maksimal 10% dari total aset Anda, atau
-
Tidak melebihi penghasilan kotor selama satu tahun
Kalau Anda masih di awal karier dan belum banyak aset, pakai patokan gaji. Kalau aset sudah ada, patokan 10% bisa lebih akurat. Tujuannya: mobil tetap menyenangkan, tanpa mengorbankan tabungan, investasi, atau tujuan jangka panjang lainnya.
3. Kejar Value for Money, Bukan Sekadar Gengsi
Jangan buru-buru. Mobil yang bagus bukan berarti harus mahal. Fokus ke nilai yang Anda dapatkan dibanding uang yang Anda keluarkan.
Dua strategi cerdas:
a. Mobil Baru dengan Insentif Pemerintah
Contohnya: mobil LCGC (Low Cost Green Car) atau mobil listrik. Pajaknya lebih murah, harga jualnya pun bersaing. Buat yang butuh mobil untuk keperluan harian dan efisiensi, ini pilihan masuk akal.
b. Mobil Bekas yang Harganya Masuk Akal
Bandingkan harga pasar Indonesia dengan luar negeri, seperti Amerika. Kalau mobil tertentu (misalnya Honda CR-V 2016) harganya di sini lebih murah daripada di AS, itu indikator Anda sedang melihat unit dengan value for money tinggi.
Sebaliknya, mobil seperti Porsche Macan harganya di Indonesia bisa dua kali lipat dari harga pasar global. Artinya, Anda membayar mahal hanya untuk merek—bukan untuk nilai.
Penutup: Rasional Dulu, Baru Emosional
Beli mobil itu sah-sah saja. Tapi pastikan keputusan Anda berdasar data dan logika, bukan dorongan sesaat atau tekanan sosial.
Tiga hal yang perlu diingat:
-
Depresiasi itu nyata dan mahal.
-
Anggaran jangan dilanggar demi gaya hidup semu.
-
Pilih mobil yang memberi nilai terbaik, bukan cuma tampilan luar.
Ingat, rasa puas karena keputusan keuangan yang tepat jauh lebih tahan lama dibanding pujian sesaat di jalan raya.