Akhirnya gue ngerasain juga yang namanya live on board di Labuan Bajo naik kapal phinisi. Empat hari tiga malam tidur di kapal, bangun liat laut, pindah dari pulau ke pulau, makan bareng kru, dan nikmatin hidup yang jauh dari notifikasi.
Ini bukan liburan biasa. Lo gak akan nemu mall, gak ada AC 24 jam, gak ada sinyal full bar. Tapi yang lo dapet: laut biru, sunrise di dek kapal, makan bareng orang baru, trekking liat komodo, dan tidur di tengah ombak yang pelan-pelan bikin lo mikir… “Kenapa gue gak lakuin ini dari dulu?”
✈️ Hari 1 Mendarat, Briefing, dan Langsung Naik Kapal
Begitu masuk ke kapal, rasanya kayak masuk dunia lain. Kapalnya dua lantai, kayu semua, lengkap dengan kamar, ruang makan terbuka, dan dek santai di atas. Kamar gue kecil tapi nyaman. Ada AC, kasur empuk, dan jendela kecil yang langsung ngadep laut.
Hari pertama mostly buat adaptasi. Kita sailing santai ke Pulau Kelor buat snorkeling. Airnya bening parah. Habis itu lanjut ke spot sunset di Pulau Kalong liat ribuan kelelawar keluar dari hutan pas matahari tenggelam. Magis banget, asli.
Malam pertama makan malam di kapal. Masakannya buatan kru, dan surprisingly enak. Gak fancy, tapi hangat dan pas. Setelah itu, banyak yang nongkrong di dek, ngobrol atau tidur lebih awal.
🌊 Hari 2 Trekking, Snorkeling, dan Laut Tanpa Batas
Jam 5 pagi udah dibangunin. Langsung naik ke Pulau Padar. Ini yang legendaris itu tiga teluk dari atas bukit. Trekking-nya capek, tapi pemandangannya gila. Worth every step.
Habis itu kita lanjut ke Pink Beach buat main pasir dan snorkeling. Warnanya emang pink samar, gak bohong. Airnya bersih, dan gak terlalu ramai karena kita datang pagi.
Sore, kapal jalan lagi ke Pulau Komodo. Ranger udah siap nunggu, dan kita dibagi kelompok. Di sini kita jalan kaki sekitar 45 menit, dan... akhirnya liat komodo asli! Ukurannya hampir 2 meter, diem aja tapi auranya sangar. Lo gak akan ngerti rasa merindingnya sampai lo liat langsung.
Kapal terus jalan pas sunset. Duduk di dek kapal sambil minum teh panas, angin pelan, langit oranye. Gue diem aja, cuma liat air dan langit ketemu. Momen tenang yang gak bisa dibeli.
🛳️ Hari 3 Manta, Pulau Pasir, dan Malam Terakhir
Pagi-pagi kita ke Taka Makassar, pulau pasir kecil di tengah laut. Lanjut ke Manta Point dan hoki banget, gue bisa snorkeling bareng manta ray! Gerakannya elegan banget. Kayak nonton dokumenter NatGeo, tapi lo yang di dalamnya.
Siangnya kita ke Siaba Besar, spot snorkeling dengan karang warna-warni. Ikan-ikannya rame, visibility air bagus, dan arusnya tenang.
Malam terakhir dihabisin di dekat Pulau Kanawa, kita semua makan bareng, ngobrol, saling tukar cerita. Beberapa orang naik ke dek buat tidur di luar sambil liat bintang dan itu pengalaman yang susah dijelasin. Gak ada suara motor, gak ada suara orang, cuma air dan langit gelap penuh titik cahaya.
💼 Hari 4 Pulang dengan Badan Gosong, Pikiran Bersih
Pagi hari kapal jalan pelan balik ke pelabuhan. Kita sarapan terakhir di kapal, pamit sama kru satu-satu. Rasanya campur aduk puas, senang, tapi juga gak pengen balik ke darat.
Sesampainya di pelabuhan, gue sempet mampir ke warung beli kopi Flores, lalu langsung ke bandara buat penerbangan balik. Kulit gue belang, badan lengket, tapi hati tenang. Gue gak bawa oleh-oleh mahal, tapi gue bawa sesuatu yang lebih berat: rasa puas.
📝 Catatan Buat Lo yang Mau Live On Board di Labuan Bajo
- Bawa barang secukupnya. Tas kecil, baju tipis, dan dry bag.
- Sunscreen dan topi wajib. Lo bakal di bawah matahari seharian.
- Powerbank penting. Kadang listrik di kapal terbatas.
- Gak perlu sinyal. Nikmatin disconnect-nya. Itu justru highlight-nya.
- Jangan skip ngobrol sama kru. Mereka ramah dan banyak cerita seru.
tempat baru, tapi jeda. Jeda dari rutinitas, dari layar, dari obrolan basa-basi, dari segala hal yang bikin otak bising.
Labuan Bajo ngasih itu semua. Bukan dalam bentuk fasilitas mewah atau itinerary ribet, tapi lewat suara ombak, langit luas, dan waktu yang akhirnya bisa lo nikmati tanpa buru-buru.
Gue pulang gak cuma dengan memory card penuh foto, tapi juga kepala yang lebih ringan dan hati yang
setidaknya untuk sementara gak kemana-mana.
Kalau lo lagi ngerasa capek sama ritme hidup yang begini-begini aja, coba sekali-sekali ilangin diri lo ke laut. Biar lo inget rasanya hidup.