Daily Worker Abadi Mimpi Manis Dunia Perhotelan yang Ternyata Neraka Kosong


Setiap tahun, ribuan anak muda lulus dari kampus dan SMK pariwisata dengan harapan tinggi. Mereka percaya bahwa industri perhotelan adalah dunia yang elegan, penuh prospek, dan menjanjikan jenjang karier yang bisa mengangkat hidup mereka.

Mereka lihat video di YouTube: anak magang di hotel bintang lima, kerja pakai seragam necis, salam tiga jari, senyum ke tamu bule. Mereka dengar dosen bilang: “Semua orang mulai dari bawah. Kamu juga bisa jadi supervisor atau general manager kalau tekun.”

Sayangnya, realita tidak seindah slide presentasi atau konten TikTok. Di balik semua senyum, lampu chandelier, dan meja buffet, ada sistem yang busuk. Sistem yang dengan senang hati menyerap tenaga muda tanpa pernah benar-benar memberi jalan keluar.

Daily Worker: Pekerja Harian, Status Gak Jelas

Daily Worker (DW) adalah pekerja hotel yang dibayar per hari. Mereka tidak terikat kontrak panjang. Mereka tidak diberi kepastian jumlah hari kerja dalam sebulan. Mereka tidak mendapatkan BPJS, THR, cuti, atau hak-hak pekerja formal lainnya.

Yang mereka dapatkan cuma satu: upah harian. Biasanya berkisar antara Rp40.000 –Rp200.000, tergantung kota dan kelas hotel. Bahkan di hotel mewah sekalipun, DW tetap dipanggil cuma kalau rame: saat ada wedding, corporate meeting, atau liburan panjang.

Pas lagi low season? Libur. Tanpa gaji. Tanpa kepastian. Tanpa perlindungan. Daily Worker itu ibarat figuran film: datang, kerja keras, pulang tanpa nama.

DW Abadi: Kerja Bertahun-tahun, Status Tetap Nol

Salah satu kebohongan terbesar di dunia hotel adalah ini: “Kalau kamu rajin dan sabar, kamu pasti diangkat jadi staff tetap.”

Faktanya? Banyak DW yang sudah kerja 2–3 tahun bahkan lebih dan tetap saja tidak diangkat. Tidak ada proses promosi. Tidak ada evaluasi kinerja yang transparan. Yang ada hanyalah harapan kosong dan panggilan tanpa pola.

Hotel lebih suka hire DW terus-menerus. Kenapa? Karena:

  • Gaji DW lebih murah
  • Tidak perlu kasih tunjangan
  • Bisa diberhentikan kapan saja tanpa proses hukum

Buat hotel, ini sistem ideal. Tapi buat pekerja? Ini penjara modern.

Industri yang Glorifikasi Palsu

Lihat internet. Lihat YouTube, TikTok, bahkan blog kampus. Isinya penuh glorifikasi: “kerja di hotel menyenangkan”, “bisa ketemu tamu dari berbagai negara”, “belajar banyak hal.”

Tapi gak ada yang cerita soal:

  • Jam kerja 10–12 jam per hari dengan gaji pas-pasan
  • Dipanggil seminggu cuma 3 hari, kadang gak sama sekali
  • Kalau sakit? Gak digaji. Kalau telat? Langsung dicoret

Kamu coba jujur soal ini di kolom komentar? Siap-siap diserang:

  • “Kamu gagal makanya nyinyir”
  • “Bersyukur dong, masih dikasih kerja”
  • “Rezeki gak akan ketukar, mungkin belum waktunya”

Padahal kamu cuma jujur. Dan itu yang paling ditakuti oleh mereka yang masih hidup dalam ilusi.

Kenapa Masih Banyak yang Mau?

Simple: karena mereka belum tau. Dan karena sistem pendidikan kita tidak pernah jujur soal realita kerja.

Banyak yang masuk dunia hotel karena dorongan orang tua, karena tuntutan kampus, atau karena gak ada pilihan lain. Mereka pikir ini batu loncatan. Tapi begitu terjun, mereka sadar ini putaran tanpa akhir.

Ada juga yang tahu, tapi bertahan karena gak ada opsi lain. Mereka pasrah, kerja tanpa visi, dan perlahan kehilangan kepercayaan diri. Mereka takut keluar karena merasa “udah terlalu jauh di sini.”

Solusinya?

Lo bisa bertahan, berharap suatu hari ada posisi kosong dan nama lo cukup hoki buat dipanggil. Atau... lo mulai buka mata dan bangun jalan keluar sendiri:

  • Belajar skill baru (bahasa asing, digital marketing, fotografi F&B, dll)
  • Pindah ke sektor hospitality yang lebih sehat (travel consultant, coffee shop, tour guide freelance)
  • Bikin konten jujur soal realita ini – dan bantu buka mata orang lain

Ingat: lo bukan gagal. Sistemnya aja yang dari awal gak niat ngangkat lo.

Penutup: Dunia Ini Gak Cuma Hotel

Kalau lo merasa selama ini kerja keras tapi tetap di tempat, bukan berarti lo gak layak. Tapi lo lagi berada di sistem yang memang gak dirancang buat naik kelas.

DW abadi itu bukan kesalahan lo. Tapi bertahan tanpa arah? Itu pilihan.

Keluar bukan berarti menyerah. Kadang, itu satu-satunya cara buat selamat.

#DWAbadi #RealitaPerhotelan #OmongKosongInternet #KerjaJanganButa

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama
© Andre Adityawarman Kusuma. All rights reserved.